Percaya Diri


Percaya diri, sebuah makna yang sederhana, sering diartikan "percaya pada diri sendiri". Percaya diri merupakan sifat alamiah manusia, "sifat bawaan dari orok" kalau kata orang Jawa. Setiap manusia pasti memiliki sifat unik yang satu ini. Kenapa disini saya bilang unik..? ya, karena ternyata tidak semua manusia (baca : orang @red) mampu mengeksplor kepercayaan dirinya. Oke, sekarang subjeknya saya ganti dengan kata "orang", bukan "manusia", karena disini kita akan lebih banyak membahas tentang manusia sebagai figur, bukan manusia sebagai makhluk.

Sedikit kisah, saya memiliki seorang teman, sebut saja Bunga. Bunga yang saya dan teman-teman kenal merupakan sosok wanita yang baik, santun dan sangat menarik. Wajahnya manis, segar dipandang. Namun berbeda dengan kami, ternyata Bunga memiliki pandangan yang berbeda terhadap dirinya, ia kerap menganggap dirinya tidak menarik, merasa tubuhnya terlalu gendut (sindrom wanita), dan wajahnya kurang cantik. Padahal fakta di TKP tidak seperti yang ia pikirkan, seperti pandangan saya dan teman-teman terhadap figur Bunga yang sudah saya ceritakan diatas.

Percaya atau tidak, krisis "percaya diri" seperti contoh teman saya tersebut, saat ini sedang melanda Indonesia. (kita ngomongin Indonesia aja ya, soalnya saya belum pernah ke luar negri, ^^). Indonesia memang gak pernah habisnya kalo ngalamin yang namanya "krisis", mulai dari krisis moneter, krisis beras, krisis gula, krisis sembako, krisis BBM, krisis nilai mata uang, krisis moralitas, krisis akidah, krisis pemimpin jujur, sebutin aja deh satu-satu kalo gak percaya, pasti banyak banget. Salah satunya adalah krisis percaya diri.

Mari menengok keatas, coba kita lihat para pejabat-pejabat korup yang namanya sering nongol di TV. Kenapa mereka tega berbuat demikian? Benang merahnya, mereka korupsi karena mereka "gak" percaya kalau gaji bersihnya cukup untuk hidup keluarganya, mereka "gak" percaya kalau harta bersih mereka udah bisa membuat hidupnya bahagia, ujung-ujungnya mereka mencari sumber daya lain yang ditambang dan dipasok langsung ke kantong pribadi, gak peduli itu sumber daya halal atau haram. Bagi mereka, yang ada "haral" dan "halam", yang penting Om senang...

Masih menengok keatas, kita lihat lagi contoh krisis percaya diri Indonesia lainnya. Semua orang tahu kalau Indonesia Ibu Pertiwi kita adalah negeri yang kaya raya, sangat-sangat kaya. Tapi mirisnya negara kita tidak pernah disebut negara maju. Indonesia selalu berpredikat negara berkembang sejak merdeka. Pendapatan perkapita rakyatnya juga segitu-segitu aja. Kenapa..?? ya, tentu ada hubungannya dengan topik yang kita bahas. Benang birunya, kita (bangsa Indonesia) seperti kehilangan kepercayaan diri, tidak percaya kalau kita mampu mengolah Sumber Daya Alam yang ada di Indonesia dengan baik dan benar. SDA - SDA kita lebih banyak dikuasai pihak asing. Seperti dijajah, kita semakin miskin dan mereka semakin kaya. Padahal SDM kita sangat potensial. Dalam kehidupannya orang Indonesia banyak mengkonsumsi ikan, sama seperti orang Jepang. Kita tentu bisa berprestasi seperti Jepang, asal kita lebih percaya diri. Dalam sejarahnya memang orang Jepang sangat percaya diri, bahkan sampai menganggap kalau ras mereka adalah ras manusia terbaik yang ada di muka bumi.

Ya, masih diatas, kalau diperhatikan ada semacam stigma negatif yang terpredikatifikasi kepada orang Indonesia. Kita kerap dipandang sebelah mata oleh negara atau warga negara lain. Tak perlu dibahas lebih panjang, sudah sangat banyak contoh yang terjadi. Tapi memang, apabila benang merah masalah ini ditarik, kita akan menemukan beberapa perbedaan mendasar yang membuat kita dipandang sebelah mata tadi. Pandangan hidup, pola fikir, kebiasaan, paradigma dan rasa percaya diri merupakan beberapa karakteristik yang dapat disebutkan. Tentu tidak serta merta berlaku untuk semua individu Indonesia, tapi bisa dibilang kebanyakan.

Sekarang kembali memandang ke depan, kita kembali ke diri kita masing-masing. (To the point) Percaya diri itu penting, ibarat sinar mentari yang menerangi dikala kabut pikiran- pikiran negatif melanda. Kita semua tahu, dalam hidup ini selalu ada aura positif dan negatif, keseimbangan, kalau di Cina ada istilah Yin dan Yang. Selalu ada ujian, selalu ada rintangan-rintangan dalam mencapai kesuksesan. Disini rasa percaya diri itu dibutuhkan. Seseorang apabila tidak percaya dengan dirinya, ia akan gagal di tengah perjuangan. Ia tidak berani melangkah ke depan, tidak berani mengambil keputusan, selalu menghitung-hitung resiko yang akan ia dapatkan. Seseorang apabila tidak memiliki kepercayaan diri, akan gagal segagal-gagalnya, mudah diombang-ambing, tidak punya pendirian. Selalu menganggap orang lain lebih hebat, lebih benar ketimbang dirinya. Selalu merasa dirinya bodoh, merasa dirinya serba kekurangan. Selalu merendah, rendah diri yang serendah-rendahnya. Ingat, rendah diri berbeda dengan rendah hati.

Seseorang seperti ini akan selalu mengekor, seperti kerbau dicucuk hidungnya. Apabila orang lain berkata A, ia ikut A. Apabila orang lain bilang B, maka ia pindah haluan lagi ke B, selalu terombang-ambing. Ia tidak pernah merasa berhasil, tidak pernah mengapresiasi dan menghargai diri sendiri. Selalu merasa kekurangan, hatinya miskin, tidak pernah bersyukur atas nikmat yang ia dapatkan. Potensi dalam dirinya ia kubur dalam-dalam, hingga sangat sulit digali lagi. Dalam hidupnya selalu bergejolak pandangan-pandangan negatif, takut kalah dan enggan melangkah. (sedikit lebay dalam mendeskripsikan ya? hehe..)

Nah, berbeda dengan orang dengan rasa percaya diri tinggi, yang akan berlaku adalah hal yang sebaliknya. Ia akan merasa bangga di tengah perjuangan, merasa akan selalu menang. Meskipun ia gagal dan kalah, ia dengan segera akan bangkit lagi, mengambil pelajaran dan mengevaluasi kegagalan dan berbuah manis kemenangan. Orang-orang seperti ini sangat berpendirian, tidak mudah digoyahkan. Potensi yang ada ia gali, ia eksplorasi secara mendalam, hingga di dapat emas berlian dan intan yang terpancar. Semua hal berharga yang akan ia dapatkan hanya dengan modal percaya. Ya, percaya diri.. karena apabila kita percaya, kemampuan diri akan ter-upgrade maksimal dengan sugesti alam bawah sadar kita. Meskipun tidak bisa, selalu ada jalan untuk bisa, hanya dengan modal percaya diri. Luar biasa.

Namun, dalam memercayai diri sendiri, ada batasan-batasan yang harus diperhatikan. Kepercayaan diri bukan berarti menganggap diri kita paling hebat dan menganggap rendah orang lain. Hal - hal seperti ini bisa dibilang penyakit, seperti penyakit yang menjangkit kaum zionis yahudi, atau yang pernah menjangkit NAZI Jerman dan bangsa Jepang hingga merasa diri mereka adalah makhluk terbaik dengan menjajah bangsa-bangsa lain. Menganggap rendah manusia lain, bersikap sombong dengan dada membusung berjalan di muka bumi, termasuk di bumi Indonesia yang 3,5 tahun pernah dijajah Jepang.

Sebagai orang Indonesia, kita harus memiliki rasa percaya diri tinggi. Jangan mau selalu di stempel negatif oleh orang-orang asing. Bangga dengan negara kita, bangga dengan produk dan budaya-budaya kita. Betapa banyak potensi yang kita miliki, selalu upgrade kemampuan diri. Persaingan di mata dunia semakin terbuka, Indonesia bisa..! ya, pasti bisa, percayalah. Jangan berfikir fragmatis, jangan memvonis, jangan pesimis. Selalu optimis dengan kepercayaan dan kebanggan diri bahwa orang Indonesia manis-manis. Tak ada salahnya sedikit narsis, "Indonesia manise". Manis tutur kata, manis prilaku, manis dalam karya, manis dalam berpolitik, manis dalam segala hal. Selalu memerbaiki diri, disiplin dan percaya diri, InsyaAllah, Indonesia manis.

Oke, kembali ke TKP, kalau begitu sekarang kita harus lebih percaya diri, menjadi sosok yang disegani. Seseorang yang bermanfaat bagi orang lain, yang didengar ucapannya, yang diikuti segala tindakannya (yang pasti harus benar), yang dilanjutkan semua gagasannya. Pemikirannya bersih, memiliki prinsip dan visi misi yang lurus jauh ke depan. Berpotensi dalam segala hal, dengan aura percaya diri yang terpancar. Indonesia manise.. menjadi Orang Indonesia yang tidak menyontek kalau ujian (*saya juga tertusuk dengan kata2 menyontek, ^^ mari membenahi diri), yang jujur dan jauh dari korupsi, yang tegas membedakan salah dan benar. Pribadi yang bangga mengatakan "ini adalah aku" dan selalu mengatakan "aku bisa". Figur dengan sejuta karya, dan dengan bangga mengatakan "aku adalah Indonesia..!".

3 komentar:

  • Junaidi says:
    10 Desember 2011 pukul 00.33

    ssuuuppperrrr sekali .... rajin di blog sekarang...

  • Junaidi says:
    10 Desember 2011 pukul 00.51

    boleh komentar ttg percaya diri??

    jadi saya mengambil kesimpulan
    percaya diri dekat dengan kesombongan..
    dindingnya sangat tipis..

    dan dinding itu bisa dipertebal hanya dengan keimanan..

  • Bisma Arief S.P. says:
    10 Desember 2011 pukul 21.48

    ihwaaw... *itu bikinnya asal2an jun, hehe..

Posting Komentar

Bottom 2

Bottom 3